Teori Konspirasi Soal COVID-19 Berseliweran, Peneliti Indonesia: Belum ada Dukungan Bukti yang Kuat

- 29 Mei 2020, 17:00 WIB
ILUSTRASI pandemi COVID-19.*
ILUSTRASI pandemi COVID-19.* /PIXABAY/

PIKIRAN RAKYAT BOGOR - Belakangan ini banyak bermunculan teori konspirasi terkait dugaan bahwa pandemi wabah virus corona disebut sebagai senjata biologi yang sengaja diciptakan oleh Tiongkok.

Ada juga teori lain dari ilmuwan bernama dr. Judy Mikovits. Dirinya menyatakan bahwa COVID-19 sebagai buatan dari perusahaan farmasi besar. Pengusaha Bill Gates dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dituding sebagai dalang di balik COVID-19.

Peneliti virus dari Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, yakni dr. Rizalinda Syahril ikut menanggapi beredarnya teori-teori tersebut.

Baca Juga: Jumlah kasus COVID-19 di Indonesia Melonjak, 29 Mei 2020: Pasien Positif 25.216 Orang

dr. Rizalinda dengan tegas mengatakan bahwa hingga saat ini belum ada ada pembuktian mengenai hal ini.

"Saya dan peneliti lain sepakat belum ada bukti yang mendukung konspirasi tersebut. Ada beberapa video dan narasi di WhatsApp yang menyatakan kecurigaan pada conspiracy. Hal ini mungkin bisa terjadi, tapi kita tidak ada bukti," tutur dia di sela diskusi via daring mengenai COVID-19, Kamis 28 Mei 2020.

Lebih lanjut, Rizalinda menjelaskan bahwa virus SARS-CoV-2 secara alami mungkin mengalami evolusi sehingga jika virus ini bisa bertahan melawan seleksi alam, maka justru akan menimbulkan penyakit.

Baca Juga: Tawarkan Promo Menarik, Sejumlah Negara Siap Bayar Turis yang Mau Berkunjung Setelah COVID-19 Usai

Virus ini sudah dikenal sejak 1965 dan saat itu menginfeksi mamalia dan burung, lalu memunculkan gejala enteritis pada sapi dan babi, seperti pendarahan, demam, muntah hingga keluarnya cairan cairan seperti lendir dari rektum. Virus lalu menyebabkan infeksi saluran napas atas pada ayam dan manusia.

"Virus menyebar ke berbagai wilayah, Amerika, Eropa, disebabkan transmisinya tidak dihentikan akhirnya mengenai banyak daerah," ucap Rizalinda dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Antara.

Ditelaah dari karakteristiknya, SARS-CoV-2 memiliki kecepatan transmisi 2-3,5 yang berarti 2-4 orang akan sakit karena 1 orang yang terinfeksi dengan sifat super spreader artinya mudah sekali menular.

Sumber artikel dari Pikiran-Rakyat.com dengan judul "Kata Peneliti Indonesia Soal Dugaan Konspirasi di Balik COVID-19"

"Virus juga super shedder, ketika ada virus di tubuh orang, virus dikeluarkan dari saluran napas atau lainnya sekalipun tanpa gejala. 12,6 persen penularan terjadi sebelum ada gejala pada pasien sumber. 2-3 hari orang sudah bisa sakit sejak bertemu orang sumber infeksi," ungkap Rizalinda.

Kemampuan transmisi pra-gejala menjadi penyebab utama mengapa masyarakat sangat dianjurkan untuk menerapkan social distancing dan tidak berkumpul di tempat ramai.

Sebab, penularan virus pun dari orang ke orang lain bisa terjadi melalui percikan dari batuk atau bersin, airborne atau tindakan yang memunculkan aerosol, sentuhan fisik, kemudian penularan dari orang tanpa gejala dan dari hewan peliharaan.***

Editor: Miftah Hadi Sopyan


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x