Hubungkan Daerah-daerah 3T, Tol Laut Buat Merauke Jadi Pemasok Beras Utama di Indonesia Timur

Tayang: 30 September 2024, 19:30 WIB
Editor: Tim Pembrita Bogor
Ilustrasi tol laut.
Ilustrasi tol laut. /pixabay/@Valentin Schoenpos /

PEMBRITABOGOR.COM - Program Tol Laut, yang pertama kali digagas oleh pemerintah Indonesia, telah berjalan selama 10 tahun dan berhasil membawa perubahan signifikan dalam distribusi logistik di wilayah Indonesia bagian timur.

Keberhasilan program ini tidak hanya terlihat dari pemerataan distribusi barang, tetapi juga memberikan dampak positif bagi perekonomian sejumlah daerah. Salah satu contoh nyata adalah Merauke, yang kini berkembang menjadi produsen beras utama di Papua.

Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, menjelaskan bahwa keberhasilan Merauke bertransformasi dari hanya sekadar titik singgah menjadi produsen beras merupakan hasil dari sinergi antara pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat.

“Dulu, Merauke hanya menjadi titik singgah. Sekarang, Merauke telah menjadi produsen beras yang memasok kebutuhan hampir seluruh Papua,” ujar Budi dalam acara Forum Merdeka Barat 9 (FMB9), Senin, 30 September 2024.

Tol Laut Bantu Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi. Foto: Tangkapan layar YouTube FMB9

Transformasi ini tidak terjadi secara instan, melainkan melalui upaya berkelanjutan dari pemerintah daerah (Pemda) dan masyarakat setempat.

Peran aktif Pemda dalam mendorong produksi lokal menjadi muatan balik ke wilayah barat sangat penting dalam memaksimalkan manfaat Tol Laut.

Menurut Budi, "Keberhasilan Tol Laut bukan hanya soal menghubungkan wilayah, tetapi juga menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi lokal."

Budi juga menambahkan bahwa salah satu indikator keberhasilan Tol Laut adalah kemampuan daerah untuk memanfaatkan program ini dalam meningkatkan aktivitas ekonominya.

Dengan adanya Tol Laut, daerah-daerah yang sebelumnya mengalami kesulitan dalam logistik kini bisa lebih produktif.

Program ini secara khusus menargetkan daerah-daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan perbatasan (3TP) yang selama ini mengalami disparitas harga karena kendala logistik.

Saat pertama kali diluncurkan pada tahun 2015, Tol Laut hanya memiliki 11 trayek dengan subsidi penuh dari pemerintah.

Hingga kini, jumlah trayek telah berkembang pesat menjadi 39 trayek, dan beberapa di antaranya sudah beroperasi secara komersial tanpa subsidi.

Merauke sebagai Produsen Beras Utama

Merauke menjadi contoh nyata bagaimana sebuah daerah yang tadinya hanya menjadi titik singgah, kini mampu menjadi produsen bahan pokok.

Sebagai produsen beras utama di Papua, Merauke telah berperan dalam mengisi angkutan balik Tol Laut dan berkontribusi pada stabilitas ekonomi daerah.

"Hampir seluruh Papua kini dicover oleh produksi beras dari Merauke," jelas Budi.

Pengembangan titik-titik singgah lainnya di wilayah timur Indonesia juga diharapkan dapat mengikuti jejak Merauke, dengan fokus pada pengembangan komoditas lokal yang dapat menjadi muatan balik ke wilayah barat.

Ini diharapkan bisa menciptakan perputaran ekonomi yang lebih seimbang antara wilayah barat dan timur Indonesia.

Selain itu, pemerintah telah membangun 100 unit kapal untuk mendukung armada Tol Laut dan angkutan perintis di daerah-daerah terpencil.

Sebagian besar trayek Tol Laut saat ini masih disubsidi oleh pemerintah, namun dengan meningkatnya aktivitas ekonomi di daerah-daerah tersebut, beberapa trayek diharapkan bisa beralih menjadi angkutan komersial yang mandiri.

Sebagai contoh, trayek di Maluku Utara yang sebelumnya sepenuhnya disubsidi oleh pemerintah, kini telah mampu beroperasi tanpa subsidi.

Budi Karya menjelaskan, "Di awal, trayek Maluku Utara hanya mampu mengangkut 20-40 kontainer, namun sekarang trayek ini bisa berjalan sendiri tanpa subsidi."

Ini menunjukkan bahwa dengan adanya peningkatan aktivitas ekonomi, daerah-daerah yang sebelumnya bergantung pada subsidi bisa secara bertahap mengurangi ketergantungannya, sehingga alokasi subsidi pemerintah bisa dialihkan ke wilayah lain yang masih membutuhkan.

Meski telah mencapai banyak kemajuan, tantangan dalam mengoptimalkan program Tol Laut masih ada.

Salah satu tantangan utama adalah memastikan bahwa daerah-daerah yang dilayani Tol Laut mampu memanfaatkan program ini untuk meningkatkan produktivitas ekonomi lokal, terutama dengan memastikan adanya muatan balik dari wilayah timur ke barat.

“Aktivitas dan maksimalisasi angkutan Tol Laut selalu menjadi perhatian kami. Muatan balik adalah salah satu indikator utama keberhasilan program ini,” ujar Budi.

Baca Juga: Subsidi KRL Berbasis NIK di 2025, Menhub Sebut Masih Sekadar Wacana

Budi menekankan pentingnya peran pemerintah daerah dalam memanfaatkan program Tol Laut untuk mendorong masyarakat agar lebih produktif.

"Pemda harus bisa menstimulir masyarakat untuk menghasilkan produk-produk yang dapat diangkut ke wilayah barat. Jika masyarakat bisa mengirimkan hasil produksinya, itu artinya perputaran ekonomi berjalan dengan baik," tegasnya.

Dengan fokus pada pengembangan ekonomi daerah dan peningkatan produktivitas lokal, program Tol Laut diharapkan akan terus menjadi salah satu pilar utama dalam pemerataan ekonomi di Indonesia, khususnya di wilayah-wilayah yang selama ini tertinggal dalam hal konektivitas logistik.***


Tags

Terkini

Trending

Berita Pilgub